BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia.
Selain itu, penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan
perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut
terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis, etnis, kasta dan lain
sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam memiliki keunikan
tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya
Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah
SWT kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum Quraisy. Padahal,
agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum
Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang bangsa Israil.
Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat, sangat
menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong agama baru dibandingkan agama
lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang mengitarinya, bahkan
memiliki penganut yang besar hingga saat ini. Entah dari mana antusiasme mereka dapatkan terhadap Islam –rahmatan lil alamin-.
Nah oleh sebab itu, menarik saya
rasa untuk menjelajah dan menelaah lebih konprehensif tanpa mengenyampingkan sifat kritis terhadap
agama yang satu ini, khususnya di Negara Indonesia yang memiliki penganut Islam
terbesar di jagad raya ini. Dalam hal ini, lagi-lagi kita dihadapkan dengan
keunikan Islam. Apabila kita merefleksi sejarah Islam, bukankah Islam pertama
kali turun dan berkembang di Jazirah Arab, bukan di Indonesia. Lantas, mengapa
yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia adalah bangsa Indonesia?
Tidakkah terlalu jauh antara Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara tetangganya
saja yang memiliki mayoritas penganut agama Islam, misalnya Tajikistan,
Palestina, Turki, Uzbekistan, dll? Dan bagaimana perkembangan Islam pada awal
masuknya ke Nusantara?
Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit
mengalami kerancuan (ikhtilaf) antara
beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya satu bukti yang lebih kuat
diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara satu sama lain tidak bisa
menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau teori yang
mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan Masalahnya meliputi :
·
Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Indonesia ?
·
Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
·
Bagaimanakah perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia ?
·
Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
·
Bagaimana Peranan Umat Islam di Indonesia
1.3 Tujuan
·
Untuk Mengetahui proses awal masuknya Islam ke Indonesia
·
Untuk Mengetahui cara Islam masuk ke Indonesia
·
Untuk Mengetahui perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia
·
Untuk Mengetahui Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia
·
Untuk mengetahui Peranan Umat Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia
bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan
yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,
kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan
sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima
dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “
masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah.
2.2 Cara Islam Masuk ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan
abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
·
Jalur Utara, dengan rute :Arab (Mekah dan
Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia
·
Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan
Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada
prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
“Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut danberimankepada
Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhultali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Mah aMendengar lagi Maha
Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1)
Perdagangan
2)
Perkawinan
3)
Politik
4)
Pendidikan
5)
Seni Budaya
6)
Tasawuf
2.3 Perkembangan Islam di berbagai wilayah di Indonesia
Ø
Sumatera
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang
dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini
mudah diterima akal, karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi
Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab,
Persi dan Gujarat, yang juga para mubalig Islam, banyak yang menetap di
bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita
pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan, sehingga terbentuklah
keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan Islam dengan cara yang
bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili,
para tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Sikap dan perbuatan mereka yang baik,
kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan jasmani dan rohani, sifat kedermawanan
serta sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka miliki menyebabkan para penduduk
hormat dan tertarik pada Islam, dan tertarik masuk Islam.
Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama,
yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur
Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara), rajanya bernama Marah Silu, bergelar Sultan
Al-Malik As-Saleh.
Ø
Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada
abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya
Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675
M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan
Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru
penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang
berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas
atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak
lain sudah begitu pesat.
Namun, penemuan nisan makam Siti Fatimah binti
Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat tahun 1101 M dapatlah dijadikan tonggak
awal kedatangan Islam di Jawa.
Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti
kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa
sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya,
terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses
pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi.
Dan untuk masa-masa selanjutnya pengembangan
Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian
terkenal dengan sebutan Wali Sanga
(sembilan wali).
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para
Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
d.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
e. Sunan
Kalijaga (Raden Syahid)
f.
Sunan Drajat
g.
Syarif Hidayatullah
h. Sunan Kudus
i.
Sunan Muria
Ø
Sulawesi
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah
didatangi oleh para pedagang muslim dari Sumatera, Malaka dan Jawa. Menurut
berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak terdapat
kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih memeluk kepercayaan
Animisme dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan
terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562 – 1565 M, di bawah pimpinan Raja
Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar,
Bulukumba, Maros, Mandar dan Luwu.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah
pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu Pada masa itu,
di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah
yang cukup besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato
Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan
mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang
bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. dan diikuti oleh perdana menteri
atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam,
Gowa melakukan perluasan kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil
ditaklukan dan di-Islamkan. Demikian juga Bone, berhasil ditaklukan pada tahun
1611 M.
Ø
Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan
Selatan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha,
dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai Nagara dan Amuntai Kimi.
Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah
seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat
dalam Kitab “Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui
tiga jalur. Jalur pertama
melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab
para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat
itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Ø
Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah,
sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang
muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini
menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.Islam masuk ke
Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para
pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik
oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk
Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang
benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam
berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak
kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan
Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a)
Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b)
Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar
jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c)
Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d)
Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e)
Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\
2.4 Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran
aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak
hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam
pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra
Arab.
b)
Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari
Beliau lahir di Moncong Loe,
Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia memperoleh
pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin
Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin
Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad
bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.
c)
Syaikh Abdussamad Al-Palimbani
Ia merupakan salah seorang ulama
terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari
San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama
sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad
Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.
d)
Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi
Al-Bantani
Beliau lahir di Tanar, Serang,
Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh
ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga
belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di
Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji
dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi
Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan.
Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas
Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.
e)
Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di
Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki
peran sangat besar. Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di
pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Para
wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya, Gresik
dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di
Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru
seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan
hingga pemerintahan.
2.5 Peranan Umat Islam di Indonesia
2.5.1 Masa Penjajahan
a.
Peranan
Umat Islam pada Masa Penjajahan
Sebelum
kaum penjajah, yakni Portugis, Belanda, dan Jepang, masuk ke Indonesia,
mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Dengan dianutnya
agama Islam tersebut, ajaran Islam telah banyak mendatangkan perubahan.
Perubahan-perubahan itu antara lain:
ü
Masyarakat
Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta
dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.
ü
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, mampu mengubah
masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi
menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat,
martabat, dan hak-hak yang sama.
ü
Semangat
cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan semboyan
“Hubbul-Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu mengubah
cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, yang dulunya
bersifat sekratin (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat
nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya)
ü
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang
cinta damai, tetapi lebih cinta
kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan
usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
b.
Perlawanan
Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
ü
Perlawanan
terhadap Penjajah Portugis
ü
Perlawanan
terhadap Penjajah Belanda
2.5.2 Masa Perang Kemerdekaan
a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang
Kemerdekaan
Peranan
ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam:
ü
Membina
kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat
ü
Turut
berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
ü
b. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang
Kemerdekaan
Organisasi-organisasi yang
dimaksud antara lain:
1. Serikat
Dagang Islam/Serikat Islam
Serikat Dagang Islam didirikan
oeh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada tahun 1905 di Kota Solo. Tujuan
organisasi ini pada awalnya adalah menggalang kekuatan para pedagang Islam
melawan monopoli pedagang Cina dan memajukan agama Islam.
2.
Muhammadiyah
Organisasi Islam
Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal
18 November 1912. Peranan Muhammadiyah pada masa penjajahan Belanda lebih
dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan
kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah
umum maupun sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan
bagi warga miskin dan perpustakaan-perpustakaan.
3. Nahdlatul Ulama (NU)
NU didirikan di
Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting dalam upaya
pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.
Pada masa
penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang pejajahan dan pernah
mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
Ø
Menolak
kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.
Ø
Menolak
rencana ordonansi (peraturan pemerintah) tentang perkawinan tercatat.
Ø
Menolak
diadakannya Milisi (wajib militer)
Ø
Menyokong
GAPI dalam menuntut Indonesia yang memiliki parlemen kepada pemerintah kolonial
Belanda.
4.
Organisasi-organisasi Islam lainnya yang
didirikan pada masa penjajahan
Organisasi
Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di antaranya adalah
Al Irsyad, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Umat Islam (PUI), PERTI
(Persatuan Tarbiyah Islam), dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
5. Pondok
Pesantren
Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam tertus di Indonesia, yang penyelenggaraan
pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang diajarkan
di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu,
Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya, kitab-kitab berbahasa
arab yang tidak berharakat atau gundul, yang biasa disebut dengan “Kitab
Kuning”.
2.5.3 Masa
Pembangunan
a.
Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha mempertahankan
kemerdekaan negara Republik Indonesia, umat Islam yang merupakan mayoritas
penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik perjuangan fisik
(berperang) mauapun perjuangan diplomasi.
Di tahun-tahun awal
kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia harus
menghadapi Jepang, negara Sekutu, dan Belanda.
Selain itu, kemerdekaan negara
Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha diplomatik, yaitu
perundingan antara Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan Linggarjati,
perjanjian Renville, perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di Den
Haag.
Dalam usaha mengisi
kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia melakukan usaha-usaha
pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional yang
diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha pembangunan yang berencana dan terarah
dimulai semenjak Repelita I, dst.
b. Peranan
Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang ada pada
masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain: Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama
(NU); Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Peranan
Muhammadiyah dalam masa pembangunan
antara lain:
o
Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi,
berbudi luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
o
Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
antara lain mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan
Anak), Panti Asuhan dan Pos Santunan Sosial.
Peranan
NU pada masa pembangunan adalah:
·
Mendirikan
madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan
Perguruan Tinggi.
·
Mendirikan,
mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren .
·
Membantu
dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
Adapun
peranan MUI pada masa pembangunan adalah:
·
Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan
kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf
nahi mungkar dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
·
Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
·
MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta menjadi penerjemah
timbal-balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna menyukseskan
pembangunna nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
·
Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan,
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh
masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah.
·
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah
diantaranya yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
·
Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu;
Hamzah Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad
Al-Palimbani, Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo
(Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga,
Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
·
Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran
tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam
saluran di ataslah islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia
yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai
sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh
kesenian.
3.2.
Saran
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru
dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu
melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang
disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang dapat merusak hubungan
silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
nurilblog.blogspot.com/.../sejarah-masuknya-islam-di indonesia
amifta45.blogspot.com/.../proses-penyebaran-islam-di-indonesia
sejarah11-jt.blogspot.com/.../proses-awal-penyebaran-islam-di-indonesia
eljannahraheem.blogspot.com/.../peranan-umat-islam-indonesia